GERIMIS DI SIANG ITU
Lambayan tanganmu dan tanganku menghantarkan kita di dermaga perpisahan. Bertolak dari kisah dan cerita di masa lalu demi hari esok yang gemilang. Membekas dalam ingatan, kepingan-kepingan kenangan tentangmu. Tentang kita kala itu. Kala canda tawa mengukir lengkungan indah di bibir, sedang duka menjadi tak berarti bila bersama. Sampai gerimis di siang itu menyadarkanku dari lamunan. Sadar bahwa kini kita telah dewasa. Ku tahu tentu ada perpisahan di setiap pertemuan. Namun bagiku ini terlalu dini. Takdir dari sang khalik memaksaku tuk melepas kenangan tentang kita. Lambayan tangan, gemuruh ombak dan gerimis di siang itu tak kusangka akan terjadi.
Pergilah saudaraku. Capailah kebahagiaanmu di tempat yang telah kau tentukan. Pintaku hanya satu: "jangan sampai kisah dan cerita yang telah kita ukir bersama menjadi lekang oleh jarak dan waktu. Dan jika ada umur yang panjang, niscaya kita kan bertemu lagi.
Hanya untaian doa yang tulus dari hati untukmu, agar Tuhan selalu menyertai derap langkahmu".
Puisi ini ditulis oleh Fransiskus Renyaan
#Abepura_28_Februari_2023_Dedicated_to _my_brother_Rony_Adopak
Komentar
Posting Komentar